Inspirasi : Tulus ,Maria maranatha .c
Beberapa kali kita berdebat.
KAdang kita mendebatkan hal kecil. Yang menjadi besar karena
nada suara yang salah.
Kadang kita mendebatkan sesuatu yang sepele. Namun gengsi
membuat kita tak dapat berucap kata maaf.
Satu waktupun, kita mendepatkan hal yang luar biasa. Hal
yang memang tidak dapat disatukan. Namun ada di hubungan ini.
Aku masih bertahan dengan apa yang kamu pegang teguh, kamu
pun begitu.
Aku berusaha tidak mendebatkan hal tersebut. Tapi kamu yang membuat
aku menjawab semua yang kamu katakan.
Aku muak, Aku ingin menangis, namun aku masih bisa bertahan,
seolah tak terjadi apapun dalam hubungan ini dengan teman-temanku.
Aku hanya bisa menulis apa yang aku mau tulis, Hanya aku
yang mengerti apa yang aku rasakan.
Aku hanya berharap , hubungan ini memiliki arti, meskipun
tidak tau akhirnya bagaimana.
Kamu masih saja mengocehkan hal itu, mengatakan hal yang
tidak ingin aku dengar, aku capek, dan kamu tidak mengerti.
AKu ingin kamu mengerti aku sekali ini saja. Namun kamu
tetap tidak mengerti,
Aku sudah menahannya selama ini, aku harus mengatakannya.
Aku harus pergi.
Aku tidak tahan lagi.
AKu tidak pernah dimengerti
Kita telah memperjuangankan hubungan ini bersama, namun aku
tidak tahan dengan semua perdebatan kita.
Aku pamit, aku Pamit untuk kamu dan aku
Agar tidak ada hati yang tersakiti, tapi aku tau, pasti ada
yang tersakiti, ntah kamu atau aku.
Aku pamit, aku pamit bukan karena tidak mencintaimu, tapi
aku pamit agar kamu bisa menemukan yang dapat mengerti kamu lebih dari aku.
Aku pamit, Aku pamit bukan untuk meninggalkanmu, tapi aku
sadar, kamu dan aku adalah dua sejoli tanpa pemikiran yang sejalur, meskipun
kita bisa menyatukan jalurnya, namun “pembuat” jalan sudah mengatur jalur ini
sedemikian rupa.
Aku pamit. Aku pamit untuk kamu, agar kamu tidak melihat aku
membanting sesuatu yang ada didekatku, atau meneriakimu, aku pamit untukmu
Aku pamit, aku pamit untuk kamu dan aku, aku tidak ingin
perdebatan ini terus terjadi, hingga tidak hanya aku dan kamu yang jadi korban,
tapi menjurus keorang orang tersayang kita.
Aku pamit, aku pamit dengan masih mencintaimu, mencintaimu
dengan rasa yang sama seperti sebelum perdebatan ini terjadi, rasa ini masih
sama, namun aku harus pamit, demi kita.
Maaf, jika aku hanya menjadi beban untukmu. Menjadi orang
yang harus kamu hubungi setiap saat, memberi perhatian , semangat dan wejangan
setiap detik, menit , jam dan hari, maaf aku menjadi orang yang menyebabkanmu
tidak focus belajar, tidak mendapat nilai tinggi dan tidak focus bekerja karena
memikirkan aku, memikirkan hubungan ini.
Maaf jika aku hanya menjadi orang yang membuat hubunganmu
dan teman-temanmu tidak seakrap dulu. Sekarang, kamu bisa kembali akrab dengan
mereka tanpa memikirkanku.
Maaf jika aku hanya menjadi orang yang membuat kamu
kerepotan, kehabisan uang karena mempersiapkan kado untukku saat ulang tahunku.
Sekarang, kamu bisa menghemat uang dan memakainya untuk hal yang lebih penting
Terimakasih atas semuanya, kamu tetap menjadi orang yang aku
cintai, menjadi orang yang selalu kusebut dalam doa dan kupikirkan sebelum
tidur, tapi maaf .
..
.
..
..
..
Aku pamit.
Note : Ini bukan curhat. hanya tulisan semata.
Komentar
Posting Komentar